Fanfic (ZOMBIE4) story B



Andre memasukan makanan dengan cepat. Ia tidak peduli apa yang ia masukan. Yang ia pikirkan adalah memenuhi keranjang dan berlari.
Suara derungan mesin mobil terdengar. Andre melihat ke luar, dari balik kaca terlihat mobil berjalan. Andre bingung.
Apa yang dipikirkan pria itu? pikir Andre.
Suara geraman zombie terdengar. Ia melihat kekirinya, diujung ada zombie yang ancur. Tapi jalannya terpincang, mungkin karena rak yang dijatuhkan.
Andre mempercepat aktifitas pengambilan makananya, setelah merasa cukup. Ia berlari kearah kanannya. Andre akan segera meninggalkan mini market ini.
Andre tersenyum lega. Tapi larinya terhenti. Disana ada zombie yang terbakar siap menunggu. Andre kembali ketengah. Memberi jarak dikedua zombie, ia tidak bisa berlari kemanapun.
“Sial, dikepung, penyerangan macam apa ini? Tidak adil!” gumam Andre gak jelas.
Zombie terus mendekat. Andre hanya bisa melawan dengan melempari makanan ringan yang ia ambil dirak.

Dorr..
zombie hangus tertembak. Ia langsung tergeletak seketika. Andre berlari menjauh dari zombie hancur yang terus berjalan mendekati. Dan Andre juga ingin melihat siapa yang menolongnya. Ternyata Riga, Andre tersenyum bahagia, dan menang.
Riga menembak lagi zombie yang hancur.
“Kau bisakah tidak menyusahkan aku untuk sekali saja?”
“hah, kau selamatkan aku lagi, berarti kita 2 sama”
“Ayo!” Riga berjalan mendahului.
Andre mengambil keranjangnya dan berlari menjauhi ruang horornya.
Andre masuk kedalam mobil, agak tergesa-gesa. Membuat keseimbangannya agak goyang. Ia menyimpan kedua keranjangnya dibelakang.
Andre bernafas lega. Ia duduk dengan tenang dan mengunci pintu mobilnya, sesuatu mengganjal terasa dicelananya. Andre tidak ingat apa yang ditaruhnya. Andre melihat kearah yang terasa mengganjal. Jidatnya mengkerut, dan alisnya naik.
Andre baru sadar ternyata senjata yang tadi dibawa. Ia bahkan tidak ingat membawanya, Andre menyimpan pistol itu didepan mobil.
“Kau membawa senjata tapi tetap membutuhkan pertolonganku? Untuk apa kau membawanya?” Riga melihat senjata yang disimpan Andre.
“Aku belum pernah menggunakan senjata. Jadi aku ragu saat memakainya” jujur Andre. Tapi sebelumnya ia juga lupa telah membawa senjata.
Riga melajukan mobilnya. “Apa yang kau bawa?”
“Entah, banyak sekali” Andre mengambil tissue dan mengelap kembali sepatunya.
“Kau akan jadi ke Jakarta?” Tanya Riga, ia sedikit malas. Selain itu ia juga agak hawatir kepada Andre.
Riga kurang begitu menyukai perasaan gelisah pada Andre, ia baru mengalaminya hal seperti ini.
Riga sadar ia menyukai Andre. Tapi dalam arti suka sebagai adik dan kakak. Mungkin anak dan ayah. Padahal ia baru hari ini bertemu dengannya.
“Sepertinya, aku tidak punya pilihan lain” Andre membuka jendela sedikit dan membuang tissue yang habis ia pakai.
“Kau bisa menggunakan mobil ini sebagai tempatmu sementara” Riga ragu mengatakannya. Karena ia sebenarnya tidak suka jika ada seseorang yang mengganggu privasinya.
Malah saat ia berpacaran dulu, ia memutuskan gadis itu karena sering mengorek-ngorek privasinya. Semua orang mengomennya dengan berkata ‘itu hal yang wajar, itu biasa dilakukan sepasang kekasih. Untuk pendekatan’ tapi, Riga berkata lain. Yang ia lakukan adalah berpacaran bukan bersuami istri yang mengucapkan janji setia yang suci.
“Aku tidak mau, disana saja hanya ada 1 tempat tidur, aku tidak mau tidur ditempat duduk ini”
“Kau sudah dibantu tapi tetap saja meminta yang lebih” Riga malas berdebat. Sebenarnya ia juga tidak suka. Tapi ia berusaha untuk berbagi, ia butuh teman. Sudah lama ia bersikap dingin pada orang lain.
“Apa tadi maksud 2 sama?”
“2 sama apa?” Andre berfikir keras. Namun tidak teringat.
“Yang kau katakan di mini market”
“Oh, ya! Kau sudah menyelamatkan aku 2 kali dan begitu juga dengan aku”
Riga berfikir. “Kau menyelematkan aku? Kapan?”
“Saat kau diluar rumahku, aku memberi kau masuk, dan saat kau terkepung, aku mengendarai mobil kearahmu”
“Oh, ya, aku lupa” jawab Riga datar.
Andre melirik cepat. “Apa? Kau melupakannya?” Andre marah. Ia melihat Riga tajam. Riga terlalu tidak berterimakasih padanya. Menanggapi responnya saja tidak. “ Sebelumnya, kenapa saat tadi kau menjalankan mobilmu?”
“Ka-kapan?” Riga berlaga lupa.
“Saat aku terjebak dimini market tadi” Andre melihat keluar. Ia sempat hawatir Riga akan meninggalkannya.
Riga bingung menjawab apa. Ia tidak mempunyai alasan logis. “A-aku mencoba memancing zombie itu keluar. Dan, ehh. Aku memperdekat mobil untuk pelarian” Riga berbohong. Ia tidak mungkin mengaku, karena ia tidak mau membuat Andre membencinya. Sekali lagi ia membutuhkan teman.
Andre terdiam, alasannya tidak masuk akal. Memang bisa mengalih perhatian kedua zombie, tapi jika ingin memperdekat. Itu terasa tidak berhasil. Letak mobil malah semakin memperjauh dengan mini market.
“Ahh, aku sudah menduganya” Andre tidak bisa melihat kebenaran. Mata Riga menyatakan kebohongan, bahkan tingkahnya pun menyatakan kebohongan. Tapi saat ini ia diselamatkan. Ia tidak mau berprasangka buruk padanya.
“Apa yang kau pikirkan?” Tanya Riga yang jadi serba salah.
“Maafkan aku” desah Andre pelan.
“Maaf? Untuk apa?”
“Aku telah berprasangka bahwa kau akan pergi meninggalkanku” jujur Andre pelan.
Riga sedikit tersentak, ia juga merasa salah. “Kau tau berapa jam untuk kejakarta?” Riga mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Saat aku pergi waktu lalu, untuk menempuh ke Jakarta sampai 7 jam, karena macet. Orang-orang yang datang dan pergi bercampur. Jadi kurang begitu tau”
“Ahh, kika mungkin akan membutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Bisakah kau membawa minum?”
“Heh?”
“Cepat lah!”
Andre masih setengah malas, ia tidak pernah disuruh-suruh seperti ini sebelumnya. Ia mengambil gelas, dan memasukan air.
Perhatiannya teralih oleh kantung besar bertuliskan ‘POLISI’. Andre tidak mengerti darimana Riga dapat tas bermerek polisi. Sangat jarang tas polisi dijual dipasaran, tidak sama dengan tas loreng tentara yang banyak diperjualkan modelnya.
Andre mendekati secara hati-hati. Dengan ragu Andre membuka tas bermerek POLISI tersebut.
“Ohh” desah Andre pelan, ia menahan mulutnya dengan tangan kirinya untuk meringankan suaranya yang keluar.
“Apa yang kau lakukan? Lama banget ngambil air” teriak Riga.
“Ah, bisakah kau pelankan mobil, air selalu tumpah” jawab Andre. Ia menutup tas kembali, agak susah karena tangan kanannya memegang segelas air mineral.
Riga agak penasaran yang terjadi dibelakang. Namun ia mencoba untuk melambatkan kecepatan mobilnya.
“Ini” Andre memberikan segelas minum. Ia agak tidak tenang, tapi ia berusaha duduk santai seperti biasa.
Riga meneguk minumnya, dan menyimpan gelas sembarangan kebelakang. Ia melemparkan gelas dengan acuh, suara trek terdengar. Entah apa yang dilalui gelas pelastik tadi.
“Emm, Apa kau pernah berurusan dengan polisi?” Andre merasa tidak nyaman dengan isi tas tadi.
Riga berfikir. “Tidak kenapa?”
Andre tidak menjawab, Riga seorang muslim. Tapi entah apa yang dianutnya. Apa ia teroris?. pikir Andre.
“Ada apa?” Tanya Riga sekali lagi.
Andre terdiam sesaat. Ia tidak enak menanyakannya. Tapi keselamatannya jadi patokan hidup nantinya. Ia tidak mau jadi tumbal untuk menjadi korban bom bunuh diri. “Kau muslim kan?”
Riga mengangguk, Riga sedikit gugup dengan suasana pembicaraan ini. Ia merasa sedang di introgasi.
“Apa yang kau pelajari?” Andre mencoba menenangkan nada suaranya.
“Beribadah dan sebagainya” jawab Riga yang bingung. “Ada apa?”
“Apa kau teroris?” Andre melihat tumpukan senjata ditas tadi. Didominasi senjata laras panjang. Ia tidak mengerti untuk apa? Pekerjaannya tidak mewajibakan dirinya mendapat pasokan senjata sebanyak itu. Tetangganya yang mencintai olah raga berburu saja, tidak mempunyai senjata sekantong penuh seperti yang ia lihat tadi.
“Hah? Apa? Apa tampangku seperti itu?”
“Tidak, sebelumnya aku gak mau membahas, tapi rasa penasaran aku tinggi”
“Memang ada apa?” Riga melihat kearah belakang. Mencari tau apa yang dilihat Andre tadi. Yang membuat Andre menduga dirinya sebagai teroris.
“Dari mana kau dapatkan senjata itu?”
“Hah? Jadi itu yang membuat kau menduga aku teroris?” jawab Riga santai. Ia biasa melihat banyak senjata. Jadi tidak begitu janggal jika melihat  senjata sebanyak itu. “Itu, aku mencurinya” Riga jujur.
“Kau bukan merampasnya kan?”
“Ti-tidak, aku mengambilnya dari pos polisi yang kosong” Riga memang mengambilnya. Walau memang saat itu ada perampasan sedikit. Tapi ia tidak mau dituduh seorang teroris. “Kau muslim?”
“Ah, tentu saja” jawab Andre pasti. “tapi aku sepertinya tidak pantas dikatakan muslim” ralat Andre.
“Kau sudah berganti agama?”
“Tidak!” bantah Andre cepat. “Aku sudah tidak pernah beribadah kepadanya lagi. Aku sudah jarang berdo’a, apalagi solat. Semenjak 2 bulan terakhir, aku berfikir tuhan sudah membenciku. Dan mengutukku, jadi yang kulakukan adalah. Emm, ya seperti sekarang” Andre sedikit menyesal apa yang dilakukannya, ia sudah dibutakan oleh kekacauan yang terjadi.
Riga diam, sebenarnya dia juga sudah tidak pernah beribadah, bahkan sudah dilakukannya saat usianya 7 tahun. Ketika orang tuanya bercerai. Mungkin ini yang disebut ‘Islam KTP’. “Ah, sebenarnya aku juga sudah belakangan ini tidak pernah beribadah”
“Benarkah? Apa kita sudah salah?”
“Entahlah, mungkin”
Andre melihat kearah sampingnya. “Tunggu!”
Riga memberihentikan mobil. “Ada apa?”
Andre menunjuk kearah kawanan zombie. Mereka sedang memakan seekor kambing. “Apa mereka tau apa yang dimakan?”
“Mereka sangat kelaparan, jadi apapun mereka makan” jawab Riga santai.
“Apa nanti hewan itu akan menjadi zombie juga?”
“Hei, virus itu tidak bisa menyerang otak hewan, kau fikir hewan mempunyai otak dan sel yang sama seperti manusia?”
Andre melenguh terdiam, ia mulai berharap menjadi seekor hewan. Jadi tidak usah melarikan diri dari kejaran zombie, karena tidak bisa terkena virus.
“Jika suatu nanti aku menjadi seperti mereka, aku lebih baik dibunuh, aku tidak mau menderita untuk kedua kalinya”
Riga melihat seksama. Ia ngeri jika tubuhnya harus diacak-acak seperti itu.
“Ekkhhh” Andre mual melihat salah satu zombie memakan usus dari kambing. Dari ususnya ada cairan berwarna hijau. “Apa dia merasakan apa yang sedang ia makan?”
Braakkkk!!
Zombie menggebrak jendela pintu Andre, kedatangannya tidak terlihat karena terfokus pada kambing. Andre sangat terkejut hingga mundur. Andre sedikit berteriak ketakutan.
Dengan perasaan yang masih terkejut Riga menjalankan mobilnya dengan cepat. Riga tadi terus memperhatikan kearah kambing yang membuat perhatiannya tidak mencakup kesegala arah .
Dijendela masih ada darah dari telapak tangan kiri zombie. Sepertinya zombie itu habis makan daging segar. Andre memalingkan wajahnya dari bekas telapak tangan zombie.
“Aku tidak melihat ada zombie datang” desah Andre. Matanya kosong, dia masih kaget. Konyol banget.
Riga yang sudah berhenti kaget hanya diam. Dia ingin tertawa melihat ekspresi muka Andre. Tapi ia tahan. Ia tidak mau sikap arogannya luntur oleh seorang bocah.
“Dia mengerikan” Andre mengingat zombie tadi.
“Hei, bisakah kau diam?” Riga sudah bosan mendengar keluhan Andre yang ketakutan.
Andre melihat Riga kosong, ia benar-benar ketakutan.

Jalan tol sepi, tak ada mobil satu pun yang berlalu lalang. Hanya mobil yang diam saja berada dijalanan. Tidak ada pengendara disana. Sepertinya dibiarkan begitu saja. Entah kemana seseorang yang mengendarai. Tapi dilihat dari letak mobil terlihat ada kekacauan yang terjadi.
Riga melajukan mobilnya lebih lambat. Ia sedang melakukan yang seperti Andre lakukan. Melihat sekeliling.
Sebelumnya saat ia melewati tol belum terjadi seperti ini. Dan Riga juga terakhir kalinya melewati tol hanya selang beberapa hari sebelum terjadi virus. Jadi tidak tau keadaan sampai titik sini.
Riga memasuki pintu tol, ia menatap Andre yang masih kebingungan dengan keadaan diluar.
“Kau bilang 7 jam untuk ke Jakarta?” Riga melihat sekeliling tempat.
“Yap”
“Aku kira perjalanan akan lebih singkat”
“Tunggu, kau bukannya dari Bandung, tapi kau tidak tau bahwa tol sangat sepi?”
“Sewaktu kemari belum terjadi seperti ini” jawab Riga datar. “Aku sudah lama menginginkan ini” sahut Riga pelan.
“Apa?”
Tanpa menjawab Riga melajukan mobilnya dengan cepat menabrak pagar otomatis. Membuat alarm berbunyi. Andre tenang karena tidak akan ada yang menangkap mereka.
Kecepatan entah sudah berada diangka berapa. Cepat sekali, seperti terbang kelangit. Lebeh ya! Tapi kecepatannya diatas batas normal.
Andre agak ngeri, tapi lama-kelamaan asyik sendiri. Ia membuka jendela dan merasakan angin kencang. Angin melemparkan topi yang dipakai Andre kebelakan dan rambutnya semakin acak-acakan. Seperti difilm-film korea gitu.
Kecepatan mobil agak melambat. Terlalu banyak mobil yang berada dipinggir. Membuat jalan menjadi agak sempit.
 “Apa disini sudah terjadi hujan abu?” Andre melihat jalan yang dipenuhi bekas bakaran dan sebagainya.
“Kau tidak tau?”
“Tidak, memang apa yang terjadi?” Andre penasaran tinggi, itu sikap asalnya yang tidak bisa dihilangkan darinya.
“Jakarta telah dibakar setelah beberapa hari ada virus”
Andre terkejut, ia memikirkan orang tuanya. Andre berfikir sejenak.
“Ah, mungkin saat itu belum terbakar” sahut Andre. Ia merasa bingung. Saat beberapa hari setelah pemberitaan. Ia bersama keluarganya pergi ke Jakarta, tapi belum terlihat ada pembakaran seperti itu.
“Kapan?” Tanya Riga yang kurang mendengar cermat kata-kata Andre.
“Saat 3 hari setelah ada berita tentang zombie, aku dan keluargaku ke Jakarta, disana hanya ada zombie biasa yang menyerang. Aku sempat bingung, mengapa mereka tidak memiliki luka gigitan. Aku tidak tau itu sebab virus sebelumnya”
“Apa? Kau gila, kau datang ke Jakarta saat itu?” Riga memperlambat laju mobilnya. “Kau bisa terserang virus”
“Aku saat itu tidak tau. Lagi pula, sampai sekarang aku belum menjadi zombie” Andre menutup kembali jendela.
“Kalian benar-benar gila” Riga masih tidak percaya yang dialami keluarga Andre.
Andre tertawa kecil. “ Emang kapan terjadi pembakarannya?”
“4 hari sesudah tersebar virus” jawab Riga pendek.
Tentu saja. Pikir Andre.
“Tunggu, apa berarti keluargaku sudah mati terbakar?”
Riga hanya diam, ia tidak bisa memastikan, ia memberhentikan mobilnya. “Aku mengantar sampai sini saja. Kau yang selanjutnya”
“Apa? Kau tidak akan mengantarku?” Andre tidak percaya. Tadi siang ia sudah mengatakan bahwa Riga baik, sekarang saat sore seperti ini ia menjadi jahat kembali?
Apakah ia seorang wolfman?. batin Andre.
“Aku sebenarnya tidak berminat ke Jakarta” Riga sahut Riga jujur. Walau sebenarnya Riga tidak tega membiarkan Andre pergi sendirian. Ini dilakukannya untuk membuat Andre berfikir dua kali untuk pergi ke Jakarta, tidak ada cara lain.
“Oke” Andre memberanikan diri. Ia merapikan rambutnya dan membawa pistolnya lagi. Andre keluar.
 Andre memang merasa takut. Tapi sudah tanggung. Dia sudah sampai di Jakarta. Kota impiannya selama ini. Tidak mungkin dia menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Hei” sahut Riga ingin menahan Andre. Riga tidak percaya kalau Andre berani melakukannya sendiri.
Andre berjalan dengan perlahan tapi pasti. Ia berharap Riga datang menghampirinya. Namun tidak ada tanda-tanda Riga akan menghampirinya.
“Haarrgghhh” zombie mendatangi Andre dari balik pohon.
Andre berlari menjauhi. Ia tadinya akan kembali kemobil tapi ia mengurungkan niatnya karena sudah malu. Jadi, ia pergi menjauhi mobil juga.
Riga ingin membantu. Tapi ia ingin melihat yang terjadi kedepannya, walaupun tangannya sudah siap menyerang. “Gunakan senjatamu!” teriak Riga dari dalam mobil.
Andre menodongkan senjata. Satu peluru meleset, malah membuat Andre terpental, dan jatuh.
Sebenarnya lebay juga sampe terjatuh kalau hanya memakai pistol biasa. Tapi posisi berdiri Andre yang tidak sempurna sangat memudahkan untuk dijatuhkan. Jika memakai istilah silat ‘Tidak ada kuda-kuda’.
Tembakan kedua mengenai tubuh zombie. Pada tembakan 3 baru bisa kena kepalanya. Itu juga karena zombie itu saat tertembak ditubuhnya terjatu. Jadi membiarkan Andre menjadi leluasa menembak kepala.
Andre berdiri dengan bangga, seperti mengibarkan bendera kemenangan. Riga hanya tersenyum. Tapi suara tembakan itu terdengar oleh zombie yang berada dihutan. 3 zombie mendatanginya lagi, berlari mendekati Andre.
Andre berlari menjauh, tapi semakin jauh juga dengan mobil Riga.
“Hei kemari!” teriak Riga, tapi sudah tidak terdengar, Riga cepat menyalakan mobilnya dan melaju.
3 zombie itu ditabrak Riga, dan terlindas. Andre bernafas lega. Ia sepertinya belum siap untuk hal semacam itu, ia perlu dilatih.
“Masuk” Riga membuka pintu dari dalam. Andre langsung masuk kedalam dan menguncinya. “Apa kau gila? Kenapa kau tidak berlari mendekati mobil”
Andre terdiam, nafasnya masih memburu. “Karena kau yang membuangku”
“Membuang apa? Sepertinya aku harus mengantarmu. Tapi ingat setelah menemui keluargamu kita kembali”
“Benarkah? Kenapa kau baik padaku?”
“Yaaa, karena. Ya karena aku melihat- melihat kau tidak bisa bertahan dalam 5 menit. Pastinya kau sudah menjadi zombie” Riga tidak mempunyai alasan yang lebih tepat.
Mobil berjalan memasuki wilayah Jakarta. Bau bakaran masih tercium samar-samar. Dan kumpulan zombie sudah terlihat dan mendekat.
Riga menjalankan mobil agak pelan untuk melihat keadaan Jakarta sebenarnya.
Mobil sudah masuk Jakarta lebih dalam. Banyak sekali zombie, rata-rata mereka mempunyai tubuh terbakar, malah sebagian dari zombie tersebut sudah habis terbakar menjadi gosong. Tapi mereka masih merangkak berjalan.
Andre melihat dengan seksama. Hanya sedikit yang mendapat luka gigitan. Jadi bisa dipastikan saat itu juga semua masyarakat Jakarta langsung menjadi zombie.
Semua zombie mendekati mobil, mereka mengetuk-ngetuk mobil. Andre bergidik ngeri, luka bakarnya menjijikan .
“Dimana kau terpisah dengan keluargamu?”
“Entahlah, aku tidak ingat, saat itu bangunan belum hangus seperti ini” Andre masih berusaha mengingatnya namun sulit. “Ehh, dan sepertinya mereka pasti menyelamatkan diri” lanjut Andre, ia terpaksa berbohong.
“Mereka masih hidup ketika kau pergi?”
“Ya” Andre memalingkan muka. Ia tidak mungkin memberi tau bahwa orangtuanya seorang zombie juga. Ini akan menggagalkan rencananya, karena ini sebuah pencarian yang sia-sia, tidak ada penyelamatan berarti.
“Kau cari dibagunan disana, mungkin ada seseorang yang memperhatikan kita dari jendela, kita berharap mereka masih selamat”
Andre berpura-pura melihat bangunan yang dilaluinya. Ia tau itu tidak akan berhasil, karena keluarganya dimakan saat mereka berlari. “Aku kira pencariannya esok hari saja, zombie sangat aktif pada saat seperti ini”
Riga mengangguk, pandangannya terhalang zombie yang mengerubunginya. “Pilihan lain” sahut Riga pelan.
“Hah? Pilihan apa?”
Riga melajukan mobilnya sekali gas. Membuat zombie yang didepan terlindas. Suara kertakan tulang membuat Andre linu, ia tidak habis fikir apa yang ada diotak Riga.
“Kita akan diam dimana?” Andre melihat bingung, zombie mengikuti mereka. Bertambah dan semakin bertambah, menggedor-gedor kaca seperti merengek meminta makan.
“Aku sedang mencarinya. Mungkin kita ke Jakarta utara”
“Bukankah disana ada Ancol?”
“Kau tidak berharap ke Dunia Fantasi kan?”
“Tidak, aku bukan sedang main di film Zombie Land” jawab Andre lemah.
Zombie land adalah salah satu film zombie yang pernah Andre tonton. Disana para jagoannya berlari melawan zombie sambil menaiki arena vestival seperti di dufan.
“Disana mungkin sepi”
“Darimana kau tau?” Tanya Andre bingung.
Riga diam, ia juga hanya menebak.
“Bisakah kau mempercepat jalan?” Andre mulai risih dengan kerumunan zombie. Ia sudah tidak peduli lagi dengan suara tulang patah atau darah. Ia ingin mendapat tempat yang nyaman.
“Ah, aku tau tempatnya” Riga mempercepat laju mobilnya.
“Hah? Dimana?” Andre tidak begitu mengerti.
Riga membawa mobil kesebuah parkiran di super market, banyaknya mobil disana pasti mengecoh zombie. Ini mungkin cara lebih baik. Yang mereka perlukan adalah ketenangan. Tidak membuat zombie dating.
Lagi pula diparkiran tidak ada satupun zombie. Ditambah disini bangunannya hampir menggunakan beton dan kaca, jadi tidak terlalu hangus terbakar, membuat udara tidak begitu bau asap.
“Pasang tirai ini dikaca, dan pastikan semua terkunci” Riga berjalan duluan kebelakang.
“Apa?” Andre bengong. Tapi beberapa saat kemudian ia sudah memasang tirai. Ia merasa sedikit terlatih untuk masalah memakai tirai dijendela. Setelah terlihat rapi Andre kebelakang.
“Sudah?” Tanya Riga, dia sudah mengambil posisi untuk tidur.
Tidak adil! batin Andre. Ia mengambil makanan dikeranjang. Ia belum makan seharian ini.
“Hei, beri aku satu”
Andre melempar dua bungkus makanan ringan. Lebih satu dari permintaan Riga. Andre mengambil air dan meneguk hingga tandas. Harinya sangat melelahkan.
“Beri aku minum juga!”
“Apa kau tidak bisa mengambilnya sendiri?” komentar Andre. Tapi ia tetap mengambilkannya.
“Ah, kau yang paling muda dan dekat” Riga meneguk minumnya.
“Dimana aku tidur?” Andre sudah mengantuk malam kemarin ia belum sempat tertidur karena harus bersembunyi di kamar mandi.
Riga bergeser membuat ruang ditempat tidur. “Disini” Riga menepuk-nepuk kasurnya.
“Itu sempit bagaimana kalau aku jatuh?”
“Bagaimana kalau kau tidur dikursi?” cercah Riga cepat. Riga membalikan tubuhnya menghadap kebesi mobil.
Andre mendengus sebal, tidak ada pilihan lain. Andre langsung tertidur disamping Riga. Ia juga berbaring melihat kearah bersebrangan Riga.
Butuh waktu lama untuk mendapatkan posisi yang nyaman. Tapi, karena ngantuk. Andre membutuhkan waktu sebentar untuk tertidur, bermimpi indah dan menyenangkan.
Riga membalikan tubuhnya. “Cepat sekali kau tertidur, dasar panda” ucap Riga pelan.
Riga membenarkan selimutnya. Ia memejamkan matanya, mencoba menenangkan pikirannya. Ia mendapat teman baru. Dulu ia tidak punya teman karena sikapnya yang tidak bersahabat.
Orang tuanya menghancur kannya. Riga tidak akan membiarkan Andre pergi, dia sudah mulai merubah hidupnya menjadi lebih baik.
Tak perlu menunggu lama Riga tertidur, suasana hening.


ZOMBIES

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Random Post

Fanfic (ZOMBIE 8) Flash back C

Fanfic (ZOMBIE2) prolog