Fanfic (ZOMBIE 8) Flash back C
Andre terbangun karena mendengar suara
jeritan orang-orang. Semua berlari panik berlawanan arah dengan gerak mobil
Andre.
“Ini dimana?” Tanya Andre.
Agi yang kebingungan juga hanya bisa
bengong. “Kita sudah sampai di Jakarta”
jawabnya pelan.
Andre membuka kunci mobil.
“Kau mau kemana?” Tanya Nelly.
“Tidak ada yang boleh keluar” timpal Agi
hawatir.
“Aku hanya memastikan” Andre melihat
kesampingnya. Melsa ternyata sudah berada di bangku depan bersama ibunya. Andre
keluar mobilnya.
Orang-orang berlarian, mobil
disampingnya sudah kosong. Entah kapan orang dimobil samping pergi, Andre tidak
tau.
Andre mencoba melihat kedepan. Tapi
tidak berhasil, Andre tidak mendapatkan penglihatan yang terjadi didepan. Karena
terhalang oleh orang-orang yang berlari, ditambah banyak mobil yang berjejer.
Andre memutuskan menaiki mobil
disampingnya agar mendapatkan penglihatan yang lebih jelas.
Andre tidak terlalu melihat jelas diatas,
karena silau oleh cahaya matahari yang terpantul oleh puluhan mobil. Tangannya
menutupi atas matanya agar lebih teduh. Panas membakar kulitnya membuat
keringat bercucuran.
“Ohh, mustahil” Andre loncat turun dari
mobil yang ia taiki. “Semuanya cepat lari ada zombie!” Andre mengedor-gedor
kaca keras.
Agi, Nelly beserta Melsa turun. Mereka
panik antara percaya dan tidak percaya, mereka tidak bisa memastikan yang
terjadi.
“Tau dari mana, Dre?” Tanya Ayah bingung
damun ada sedikit nada panik.
“Disana ada zombie, aku melihatnya. Mereka
sedang memakan manusia, orang-orang berlari karena dikejar. Cepat! Puluhan
zombie datang” Andre panik, kata-katanya jadi tidak beraturan.
Andre dan orang tuanya terlalu lama berbicara.
Zombie sudah mendekat, mereka berlari cukup kencang. Andre berlari menjauh bersama
Ayahnya, Ibunya juga ikut dibelakang.
“Aaaaaa” Melsa teriak, ia masih berada
disamping mobil, kepanikan membuat Nelly melupakan Melsa.
“Melsa!” teriak Nelly, air matanya
mengalir ketakutan.
“Tenang! Aku akan kesana” Agi kembali. Ia
berlari sangat cepat, berlomba mendapatkan Melsa bersama zombie yang datang.
“Tenang, kita lari” Agi merangkul Melsa
yang sudah menangis.
“Aaaaa” Teriak Agi, punggungnya sudah tercakar
menembus pakaiannya oleh zombie. Mereka belum sempat melarikan diri, jadi zombie
menyergap mereka berdua. Agi dan Melsa menjerit kesakitan, tubuh mereka dicakar
dan dikoyak oleh belasan zombie. Zombie yang aneh, tidak mempunyai luka sedikit
pun.
Nelly teriak histeris, Andre menutup
mulutnya tidak percaya, seperti mimpi.
“Pergi!!” teriak Agi disela geraman
zombie. Ia kesakitan, tapi ia akan lebih kesakitan jika keluarganya menjadi
santapan zombie. Cukup ia dan Melsa yang menjadi korban.
Andre menuntun Nelly, mereka bersusah
payah berlari, jalan yang sempit karena mobil membuat mereka lambat. Belasan
zombie masih mengejar Andre dan Nelly.
Ketakutan sudah membuat otak Andre buntu,
mereka berlari tanpa tujuan. Kemanapun kaki melangkah Andre dan Nelly
mengikutinya.
“Aahh” Nelly meringis, rok panjangnya
menyangkut di baud ban mobil. Nelly berusaha menarik roknya, tapi masih saja
tetap menyangkut.
Andre kembali, ia sudah agak jauh
didepan, tapi tiba-tiba zombie memakan pundak Nelly dari belakang. Andre
berhenti kaget, kedatangan zombie itu tak terlihat.
Nelly menjerit-jerit, pundaknya
mengeluarkan darah yang segar.
“Cepat lariii!!!!!!!!” teriak Nelly, ia
sudah dikelilingi zombie.
Andre bingung, ia tidak bisa
meninggalkan ibunya. Tapi ibunya terus berteriak meminta Andre pergi. Andre menangis, ia sedih.
keluarganya mati hanya dalam waktu yang beberapa menit berbeda.
Andre tetap berlari. Ia hanya menyusuri mobil,
mencari jalan keluar. Pikirannya sudah tidak memikirkan tersesat, hanya
meloloskan diri yang ada diotaknya.
Entah berapa jauh Andre berlari, bahkan
ia tidak tau dimana. Zombie sudah jauh tertinggal dibelakang, Ibunya sudah
menjadi pengalih perhatian zombie yang mengerjar.
Andre melihat sekeliling, ia tersenyum,
banyak segerombol orang didepannya, seperti menunggu sesuatu, Andre menghampiri
mereka, Andre ikut berdesak-desakan, tanpa mengetahui apa yang ditunggu.
Andre menunggu agak lama, agak hawatir
zombie akan datang, tapi ia mencoba untuk tenang, ternyata mereka menunggu bus Jakarta, Andre mengikuti
mereka menaiki bus.
Bus sangat penuh oleh orang, Andre
sampai tidak terbagi tempat duduk, ia berdiri sedikit bingung, karena tidak
membawa uang.
Andre terus mencari kenek yang selalu
menagih ongkos, jadi saat si kenek datang Andre mencari tempat yang tidak
terlihat oleh si kenek agar tidak ditagih membayar.
Tapi syukurlah, terlalu banyak orang
yang menaiki bus, membuat si kenek bingung antara yang belum bayar dengan yang
sudah bayar, jadi ia memutuskan mengratiskan ongkos seluruh penumpang.
Andre turun diterminal bus atar kota, ia menaiki bus
tujuan Sukabumi. Bus kembali penuh, tapi Andre ditagih membayar. Andre hanya
bisa menangis tanpa suara, menunduk dan menggeleng, si kenek hanya diam, ia
mengerti apa yang terjadi. Jadi ia tidak menagihnya lagi, ia memaafkan kali ini.
Andre turun dari bus, hari sudah malam,
ia pulang kerumahnya. Rumahnya tampak gelap, bahkan pintunya terkunci rapat. Ia
lupa tidak membawa kuncinya yang berada dimobil.
Andre mendobrak pintu depan, ia masuk
terburu-buru. Dan langsung menutupnya kembali, ia mendorong meja kecil
disamping pintu, membuat pintu sulit dibuka dari luar. Kunci sudah hancur, Andre
harus memperbaikinya esok hari.
Andre pergi kekamarnya, Andre
menjatuhkan diri kekasur kecilnya, ia tidak bisa tidur. Diotaknya masih
memikirkan kejadian di Jakarta,
jeritan, dan geraman zombie terdengar jelas ditelinganya.
Andre hanya bisa melamun, menatap
langit-langit kamarnya, keluarganya sudah tidak bersisa satupun, sekarang Andre
seorang diri.
Pagi-pagi Andre keluar rumah, hal
pertama yang akan dilakukannya adalah meminta kayu, paku, ia akan menutup
rumahnya lebih aman. Tetangganya adalah seorang tukang pengrajin meja, keluarga
Andre bersama keluarganya sangat berhubungan baik. Jadi tidak perlu memerlukan
uang untuk mendapatkan kayu, mereka sering memberikan dengan cuma-cuma.
Andre juga membeli kunci ditoko
peralatan terdekat, hanya kunci ‘cetrek’ yang biasa dipakai di pintu kecil,
tapi Andre membeli kunci yang cukup besar, dan tidak tanggung Andre membeli 3
sekaligus, membuat uang yang ia tabung habis.
Andre menutup seluruh jendela dengan
kayu, dan 3 kunci ‘cetrek’ yang agak besar, ia tempelkan dipintu yang ia dobrak
semalam, ia memukul semampu ia bisa, sesekali tangannya kepukul oleh palu, Ande
baru pertama kali melakukan hal seperti itu.
Setelah selesai dengan rumahnya. Andre
pergi keluar. Ia ingat Lisa, Andre belum mendapat kabar apapun dari Lisa.
Andre berlari kerumah Lisa, agak sepi. Tapi Andre tetap
menghampiri rumah Lisa yang hanya terhalang beberapa rumah.
“Permisi” Andre mengetuk, tidak ada
jawaban dari dalam, ia memutar keseluruh penjuru rumah. Andre mengintip
dijendela, tampak kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan didalam, Andre tidak
mengerti. Ia duduk ditangga yang menuju rumah Lisa.
Andre melihat sekeliling rumahnya, ia baru
sadar kompleks perumahan memang sepi, hanya beberapa rumah yang terlihat masih
ada penghuninya. Andre tidak tau kemana perginya separuh tetangganya. Ia juga
enggan menanyakan kepada tetangga yang masih ada, karena mereka terlihat sangat
sibuk dengan yang mereka lakukan.
Andre berdiri, ia membersihkan celananya
yang agak kotor oleh tanah, ia menepuk-nepuk bagian yang kotor dengan pelan,
Andre ingat, setelah pulang membeli kunci, di mini market kompleks masih banyak
orang yang belanja.
Andre berlari ke mini market untuk
memastikan masih banyak orang yang ia kenal, dan meminta informasi
selengkap-lengkapnya.
Andre berlari, ternyata masih ramai,
Andre mendekati, ia masuk, padahal ia tidak membawa uang, tabungannya sudah
habis tak tersisa.
“Selamat pagi, kau akan belanja?” Tanya
wanita muda, ia memakai seragam kerja. Dia kasir di mini market, Andre sering
melihatnya saat ia belanja.
Andre diam, ia tidak tau harus jawab
apa.
“Ambil saja apa yang kau butuhkan, kami
akan memberikan semuanya tanpa memungut biaya sepeser pun, orang lain juga
melakukan hal itu”
“Benarkah? Kenapa?”
“Kami akan tutup, tapi pasokan makanan
masih banyak” wanita itu terlihat sedih. “Jadi kami membagikannya” Lanjutnya.
“Te-terimakasih” sahut Andre.
Andre berjalan lebih dalam, ini
kesempatannya. Andre mengambil makanan sebanyak-banyaknya, ia pasti
membutuhkannya. Selain lilin Andre mengambil batu baterai.
Andre mengambil minum sampai 6 galon,
Andre membawanya tanpa berfikir. Ia mengambil sebanyak-banyaknya, sampai 3 trolly besar. Ini lebih mendingan, ada
orang lain yang mengambil makanan lebih banyak dari Andre.
Andre hanya membawa mie, susu kental,
sosis, dan makanan lain yang mudah digoreng. Ia tidak membeli nasi dan bumbu
dapur lengkap, hanya kebutuhan intinya saja.
Andre keluar, ia masih membawa trolly, pelayan tadi memberikan izin
membawa trolly padanya. 3 trolly membuatnya kewalahan, ia
berjalan menyusuri jalanan yang sepi.
“Andre” teriak pria yang sedang berdiri
disamping mobilnya.
Dia adalah Pak Radit, ia
tetangganya sekaligus teman ayah Andre, ia seorang penyuka olahraga menembak. Tidak
heran ia memiliki berbagai jenis senjata api.
Andre mendekat, ia membiarkan trolly-nya disimpan dijalan.
“Ada
apa?” Tanya Andre penasaran, ia tidak terlalu akrab dengan Pak Radit.
“Kau belum mengungsi?” Tanya Radit.
“Mengungsi?” Andre bingung.
“Kau belum tau? Kemarin siang, datang petugas
polisi, mereka meminta agar semuanya harus mengungsi, mereka meminta semua
penduduk ke Surabaya
untuk mengamankan diri. Karena disana ada pengungsian yang dijaga oleh Negara
semua orang sudah pergi mengungsi”
Andre terdiam, ia berfikir tentang Lisa,
mungkin ia sudah pergi ke Surabaya.
“Dimana keluargamu?” Tanya Radit kembali.
Ia melihat barang-barang yang dibawa Andre.
Andre hanya menatap wajah Radit, matanya
berkaca-kaca.
“Ya, sudah, kau ambil ini” Radit memberikan
pistol kepada Andre. “Kau harus cepat pergi ke Surabaya, ucapkan salam kepada keluargamu. Kami
akan pergi ke Surabaya,
kau mau ikut bersama atau akan menyusul
dengan Agi?” Radit masih belum mengerti tentang yang sudah Andre hadapi.
Andre menggeleng, ia terlalu bingung,
Andre pergi meninggalkan Pak Radit tanpa memberi tahu apa yang terjadi.
Andre masuk kerumahnya, ia mengunci
pintu dengan teliti, dan menggebruk-gebrukan pintunya agar lebih yakin itu kuat.
Ia menyimpan makanan di pojok kamar orang tuanya, Andre membawa kain dari
lemari orang tuanya, ia menutupi seluruh jendela.
Andre ingat HPnya perlu di cas, HP-nya
sudah mati. Andre menyalakannya kembali, tapi tidak ada pesan masuk. Ia
sebenarnya berharap Lisa mengirimkan pesan untuknya, tentang keberadaan
sesungguhnya.
Andre duduk disofa. Sebenarnya Andre
tidak tega melihat keluarganya menjadi zombie, Andre ingin menyelamatkannya, ia
harus membunuh keluarganya sendiri, itu adalah keinginannya yang sangat ia
harapkan.
Andre lebih baik merasa bersalah karena
membunuh keluarganya, dari pada melihat mereka kelaparan dan menyerang semua
orang.
ZOMBIES
Komentar
Posting Komentar